Sabtu, 31 Oktober 2015

Tewasnya Raksasa Alaimbelong

TEWASNYA  RAKSASA  ALAIMBELONG


Dahulu  kala di  hutan belantara  hiduplah  beberapa  ekor  binatang  yang  saling  bersahabat.  Mereka  adalah  Kambing (Me’),  Kerbau  (Kahambau’) Rusa (Jonga)  dan Tupai (Bonsing). Dalam melaksanakan pekerjaan setiap hari mereka  selalu  bergotong  royong.
Suatu  hari  sambil duduk – duduk dibawah pohon yang rindang di tengah hutan mereka berempat hanyut dalam khayalan masing- masing, entah apa yang ada dalam pikiran mereka, tiba-tiba “ Hai sobat dari pada kita bengong seperti ini lebih baik mari kita pergi ke pantai membuat Kalase (suatu alat penangkap ikan dengan cara dipagar) “ kata kambing membuyarkan lamunan.
“ Ide  yang  bagus, aku setuju” jawab Rusa
“ Iya aku juga setuju, bagaimana dengan kamu Kerbau “  sambung  Tupai
“ Kalau aku terserah kalian sajalah” sela Kerbau.
“ Oke, kalau begitu  mulai  besok  kita  akan  mengumpulkan  kayu  bersama-sama untuk  membuat  Kalase.
            Keesokkan  harinya  pergilah  mereka  berempat  mencari  kayu, setelah  kayu  terkumpul  banyak  mereka  pergi  ke  laut untuk  membuat  kalase.,  kebetulan  saat  itu  air  laut  sedang  surut. Hal  ini  memudahkan  mereka  dalam    bekerja.  Menjelang  sore  hari  pagar-pagar  kalase  telah  berdiri  kokoh  dan  sebentar  lagi  ikan-ikan  mulai  masuk  dan  terperangkap  kedalam  kalase  tersebut.
            Beberapa  hari  kemudian  ikan-ikan  sudah  terperangkap didalam  Kalase,  ikan-ikan  tersebut  dikumpulkan  lalu  dibawa  ke pesisir  pantai  tak  jauh  dari  tempat  kalase.
Syahdan  di tempat  itu  terdapat  seorang  raksasa  yang  sangat  rakus  namanya  Alaimbelong.
“Ikan  yang  kita  dapat ini  amat  banyak  tidak  mungkin  kita  bisa  habiskan  dalam  sehari,  oleh  karena  itu  kita  harus  ke hutan  untuk  mencari  kayu bakar   agar  ikan ini  kita  bakar “  kata  Tupai
“Tapi  tidak  mungkin  ikan  ini  kita  tinggalkan  karena  Raksasa  Alaimbelong  akan  memakannya  sampai  habis”  jawab  Kerbau.
“  Begini  saja, yang  mencari  kayu  bakar bertiga  saja,  sedang  yang  satunya bertugas  menunggui  ikan-ikan  di  sini “  usul  Rusa
“  Usul yang  bagus,  aku  setuju”  sahut  Kambing
Ketiga  sahabat  itu  sepakat  dengan  usul  Rusa,  kemudian  mereka  berempat  berembuk  untuk  menentukan  siapa  yang  akan  tinggal  menunggui  ikan  dan  akhirnya  diputuskan  Kambinglah  yang  pertama betugas.
“  Coba  Kambing perlihatkan  keberanianmu  agar  bisa  mengalahkan  Raksasa  Alaimbelong” kata  Tupai
Dengan  sangat  cekatan  Kambing  memamerkan  kekuatannya,  sampai-sampai  pepohonan  yang  ada  didekatnya  tumbang.
            Keesokan  harinya  ketiga  Sahabat itu  pergi  ke  hutan  untuk  mencari  kayu  bakar,  sedang si  Kambing  mulai  bertugas   menunggui ikan.  Kebetulan  dipesisir  pantai  itu   ada  sisa-sisa  kayu  yang  bisa  dijadikan  kayu bakar,  maka  Kambing  mulai  membakar  ikan  tersebut  sedikit  demi  sedikit.
Aroma  ikan  bakar yang  sangat  enak terbawa  oleh  hembusan  angin  pantai  ke  arah  hutan  dimana  Sang  Raksasa  Alaimbelong  tinggal.
Raksasa  Alaimbelong  yang  sedang  tertidur  pulas  akhirnya  terbangun  mencium  aroma  ikan  bakar.
 “Hmmm  aroma  apa  ini ?  rasanya  enak  sekali,  aku  ingin  mencari  dari  mana  asalnya “  gumam  Alaimbelong  sambil  menggeliat.
            Bergegaslah  Si  Raksasa  rakus  itu  bangun  dari  tidurnya  kemudian  mencari-cari  dari  mana  arah  bau  sedap  yang  telah  membuat  ia  terbangun  dari  tidurnya. Perjalanan  Alaimbelong  diiringi  hujan  panas  dan  pohon-pohon  disepanjang  jalan  yang  ia  lalui  semua  tumbang,  ini  disebabkan  karena  badan  Alaimbelong  yang  sangat  besar. Dengan  langkah-langkah  pasti  ia  mencari  asal  bau  sedap tersebut  sampai  akhirnya  ia  menemukannya  yaitu  dari  tepi  pantai.
            Betapa  terkejutnya  si  Kambing   melihat  Raksasa  Alaimbelong  datang,  tapi  Kambing  tak  kehilangan  akal  dengan  segera  diserangnya  Raksasa  tersebut.  Namun  apa  yang  terjadi  sang  Raksasa  hanya  tertawa terbahak – bahak  dan  dengan  santainya ia  ambil  tanduk  si  Kambing  kemudian  ia  tancapkan  diakar  pohon.  Saat  Kambing  tak  berdaya,  Raksasa  Alaimbelong  mulai  menikmati  ikan  yang  sedang  dibakar  sampai dia  kekenyangan  dan  akhirnya  ia  pulang  kembali  ke  Hutan.
            Sore  hari,  ketiga  sahabat telah  pulang  dari  hutan  dan  membawa  kayu  bakat  yang  cukup  banyak,  tapi  alangkah  terkejutnya  mereka  karena  sebagian  ikan  sudah  tidak  ada  sementara  si  Kambing  tidak  berada  ditempat  itu.  Kemudian  mereka  mencari  Kambing  sampai  akhinya  mereka  menemukannya. Kambing sedang  tak  berdaya  karena   tanduknya  tertancap  diakar  pohon  yang  letaknya  tak  jauh  dari  tempat  pembakaran  ikan. Dengan  dibantu  ketiga  sahabatnya  tanduk  Kambing  terlepas  dari  akar  pohon,  kemudian  ia  menceritakan  kejadian  yang  ia  alami  yaitu  kedatangan  Alaimbelong.
“ Sewaktu  aku  membakar  ikan-ikan  ini,  tiba-tiba  hujan  panas  turun, lalu  aku  dengar  bunyi  braak... braak ...  braak,  ternyata  itu  adalah suara dari  pohon-pohon  yang  tumbang  disepanjang  jalan  yang  dilalui  raksasa  Alaimbelong.  Badannya  sangat  besar  dan  tinggi  matanya  merah  warna  kulitnya  hitam  dan  wajahnya  sangat  seram”  Kambing  memulai  ceritanya.
Kemudian  ia  melanjutkan “  Setelah  Raksasa  Alaimbelong  mendekat  aku  mulai  menyerangnya tapi  semua  seranganku  sia-sia  karena  badannya  yang  sangat  besar  malah  aku  yang  terpental  berkali-kali  dan  aku  kehabisan  tenaga,  saat  aku  sudah  tak  berdaya  dia  ambil  tandukku  kemudian  dia  tancapkan  diakar  pohon itu, besok  aku  tidak  mau  lagi  tinggal  disini  untuk  menjaga  ikan “ 
“ Kalau  begitu,  besok  giliran  kamu  Rusa  yang  menjaga  dan  membakar  ikan-ikan  ini” Perintah  Kerbau
“ Baiklah, aku  akan  melawan Alaimbelong dengan  tandukku  yang  panjang  ini“  jawab  kerbau  penuh  semangat
“  Sekarang  perlihatkan  pada  kami  kejantananmu  hai  Rusa “  kata  mereka
Mulailah  Rusa  memperlihatkan  keberaniannya  dan  keahliannya  dalam  melumpuhkan  musuh-musuhnya  dengan  menggunakan  tanduknya  yang  panjang.
“ Oke,  cukup  Rusa,  kami  yakin  besok  pasti  Alaimbelong  akan  menyerah,  sekarang  mari  kita  ke  laut  dulu  melihat  kalau  ada  ikan  yang  terperangkap  dalam  Kalase”
            Mereka  berempat  menuju  Kalase  untuk  mengambil  ikan-ikan  yang  telah  terperangkap.  Kemudian  mereka  kembali  ke  tempat  pembakaran  ikan  di  pesisir  pantai.  Hari  mulai  gelap  pertanda  malam  akan  tiba,  keempat  sahabat  itu  makan  sisa-sisa  ikan  bakar  sebagai  santap  malam,  karena  kelelahan  akhirnya  mereka  tertidur  dengan  pulas.
            Pancaran  sinar  matahari  pagi  membangunkan  mereka  berempat,  setelah  sarapan  pagi,  ketiga  sahabat itu yakni  Kerbau, Kambing  dan  Tupai  berangkat  lagi  ke  hutan  mencari  kayu  bakar  sedangkan  si  Rusa  bertugas  membakar  ikan- ikan  hasil  tangkapan.
            Saat  Rusa  sedang  menunggui  ikan-ikan  yang  sedang  dibakar,  tiba-tiba  hujan  panas turun  kemudian  terdengar  bunyi “ braak.. braak... braak “,  rusa  teringat  cerita  si  Kambing,  itu  pertanda  Raksasa Alaimbelong  sedang  dalam  perjalanan  kemari.  Dugaan  Rusa  benar,  Raksasa  itu  datang  lagi,  tanpa  memberikan  kesempatan  pada  Alaimbelong,  Rusa mulai  menyerang  dengan  menggunakan  tanduknya.  Namun  seperti halnya  yang  terjadi  pada  Kambing  begitu  pula  yang  dialami  Rusa.
Hari  berikutnya  giliran  Kerbau  yang  menunggui  ikan-ikan  yang  dibakar. Mereka  yakin  kali  ini  Alaimbelong  pasti  bisa  dikalahkan  mengingat  badan  kerbau  yang  sangat  besar  dan  mempunyai  tanduk  yang  panjang  pula.
“Sekarang  perlihatkan  pada  kami  keberanianmu,  agar  besok  bisa  mengalahkan  Alaimbelong”  kata  Rusa
“Baiklah, aku akan kerahkan semua kekuatanku, aku yakin  kali  ini  Alaimbelong  pasti  menyerah”  jawab  Kerbau  penuh  semangat.
Mulailah  Kerbau  memamerkan semua  kekuatan  dalam  mengahadapi  Alaimbelong  nanti.
“ Cukup  Kerbau,  kami  yakin  kamu  pasti  berhasil  mengalahkan  Alaimbelong”  kata  Tupai  menghentikan  antraksi  Kerbau.
             Hari  telah  pagi,  ketiga  sahabat  itupun  berangkat  ke  hutan  mencari  kayu  bakar,  sedang  kerbau  tetap  berada  ditempat  menjalankan  tugasnya.  Sambil  bersenandung  kecil  Kerbau  mulai  menata ikan-ikan  diatas  perapian,  aroma  ikan  bakar  mulai  tercium  hingga  kedalam  hutan  tempat  Raksasa  Alaimbelong.  Sang  raksasa  memang  mempunyai  penciuman  yang  sangat  tajam.  “Hmmmm......  aroma  ikan  bakar  ini  membuat  aku  menjadi  lapar”  gumam  raksasa“ Kemudian  bergegaslah  ia  menuju  tempat  pembakaran  ikan  yang  selama  ini  dia  kunjungi.  Makin  dekat  aroma  ikan  makin  menyengat  dan  rasa  laparpun  sudah  tak  tertahankan.  Sang  Raksasa  mempercepat  langkahnya.
Sementara  itu ditempat  pembakaran  ikan  sang  Kerbau  mendengar  bunyi  braak .... braak... braak....disertai  hujan  panas,  Kerbau  berpikir  pasti  Alaimbelong  sedang  kemari  karena  menurut  cerita  kedua  sahabatnya  Kambing  dan  Kerbau  bahwa  jika  hujan  panas  mulai  turun  dan  terdengar  suara  braak... braak  .... braak,,,,  ini  merupakan  tanda  bahwa Raksasa  Alimbelong  sedang  dalam perjalanan.  Dugaan  Kerbau  benar,  semakin  lami  suara  langkah-langkah  kami  Alaimbelong  semakin  dekat.
Kali  ini  Kerbau   sedikit  bersiasat,  ia  bersembunyi dalam  semak-semak  dengan  tujuan  jika  Raksasa  datang  ia  akan  menyerangnya  dari belakang  secara  tiba-tiba.  Benar  saja  Alaimbelong  datang  dan  tak  menemui  siapa-siapa  ditempat  itu.  Saat  Raksasa  mulai  mencicipi  ikan  bakar  tiba-tiba  ada  serangan  mendadak  dari  arah  belakang.  Sedikit  kaget  juga  dengan  serangan  ini,  tapi  dengan  santainya  sang  Raksasa  membalikkan  badannya  dan  kemudian  dipegangnya  tanduk  kerbau  tersebut  lalu  ditancapkan  pada  akar  pohon,  Kerbaupun  sudah  tak  berdaya. Seperti  yang  dialami  Kambing  dan  Rusa  begitu  pula  yang dirasakan  Kerbau  saat  ini.
            Sore  hari  ketiga  sahabatpun   pulang  dengan  kayu  bakar, mereka  menyaksikan  keadaan  yang  sama  seperti  yang  dialami  mereka  sebelumnya.

“ Rusa coba  kamu  cari  Kerbau  pasti  dia  ada  di  akar  Pohon  sana “  perintah  Kambing  sambil  menunjuk  salah  satu  pohin  besar  yang  tak  jauh  dari  tempat  itu.
“  Baiklah  sobat”  jawab  Kambing  sambil  berlalu
Setibanya  ditempat  itu  Kerbaupun  menceritakan  pengalamannya  menghadapi  kekuatan  Raksasa  Alaimbelong.
“ Maaf  sobat-sobat,  badanku  yang  besar  ini  tak  bisa  mengalahkan  kekuatan  Alaimbelong,  badannya  yang  besar  dan  kuat  hanya  membuat  seranganku  tak  punya  arti  apa-apa,  malah  aku  yang  terpental  berkali-kali”
“Selanjutnya  apa  yang  harus  kita  lakukan ?” tanya  Tupai
“ Kami  bertiga  sudah  dikalahkan  Alaimbelong,  sekarang  giliran  kamu  Tupai  yang  menunggui  ikan-ikan  bakar  ini,  kalau  sampai  hari ini si  Raksasa  itu  datang  lagi  dan  memakan  ikan-ikan  bakar  ini  berarti  persediaan ikan  kita telah  habis,  apalagi  ikan-ikan  yang  masuk  ke  Kalase  hampir tidak  ada  lagi”  Kata  kerbau
“ Oke,  siapa  takut !,  biar  kecil-kecil  begini  aku  pasti  mengalahkan  Alaimbelong  yang  rakus  itu”  jawab  Tupai
“ Jangan  terlalu  optimis,  kita  saja  yang  besar – besar  begini  tidak  mampu  menghadapinya,  apalagi  kamu  yang  kecil  begitu “  Sela  Kerbau
“ Tak  perlu  khawatir,  aku  pasti  mengalahkannya  dengan  cara  lain,  kita  lihat  saja  nanti “ janji  Tupai
            Sekarang  giliran  Tupai  yang  melaksanakan  tugasnya, ia  mulai  membakar  ikan  sambil  bersenandung  kecil.  Tak  berapa  lama  hujan  panaspun  mulai  turun  dan  terdengar  suara  pohon-pohon  yang  tumbang “ braak... braak... braak “  dalam  hatinya  berkata “  pasti  Raksasa  Alaimbelong  sedang  dalam perjalanan  menuju  ke sini,  aku  harus cari akal “
            Melihat  Tupai  yang  menunggui  ikan,  sang  Raksasa  tertawa  terbahak-bahak  “  ha .... ha.... ha .... ha..... hei  si  kecil  mungil  apa  yang  sedang  kau  lakukan  disitu  ha ?   apa  kau  sedang  menyiapkan  ikan-ikan  itu  sebagai  santapanku ?
“  Mari  Tuanku  Alaimbelong, silahkan  duduk ! “  Tupai  menyambut  dengan  ramah
“ Tidak  perlu  banyak  basa-basi,  teman-temanmu  saja yang  besar  bisa  aku  kalahkan,  apalagi  kamu  yang  kecil  mungil  begitu”  balas  sang  Raksasa.
“ Masalah  ikan, aku  tak  keberatan  kamu makan  Tuanku,  sekalipun  kau  akan  habiskan  semuanya”  jawab  Tupai
“ Ha ?  benarkah  itu  hai  Tupai ? “  tanya  Raksasa
“  Iya  benar  Tuanku,  aku  hanya  ingin hari  ini  kita  berdua  bahagia  menikmati  indahnya  hidup  ini,  makanya  aku  akan  menyanyi  sambil  menari  untuk  menghiburmu ”  lanjut  Tupai.
“  Baiklah  kalu  begitu”  jawab  Raksasa 
Kemudian  Raksasa Alaimbelong  duduk  melantai  diatas  tanah,  sementara  Tupai bernyanyi  sambil  menari  dan  melompat-lompat  di  depan  Alaimbelong. Melihat  gerakan  Tupai  dan  mendengar  senandungnya  yang  merdu.  Alaimbelong  sangat  kagum  dan terlena  sampai  akhirnya  dia  lupa  dengan  ikan  bakar.
“ Aku  senang  melihat  kau  menari  dan  mendengarkan  senandungmu  yang  merdu,  bisakah  kau  mengajariku “  tanya  Raksasa
“ Boleh,.... boleh.... Tuanku, tapi  tuanku  harus  kecilkan  dulu  badan  yang  besar  itu,  kalau  tidak  gerakannya  tak  selincah  aku “  jawab  Tupai.
“ Tapi  bagaimana  cara  mengecilkannya ?  tanya  Raksasa.
“ Gampang  Tuanku,  sebenarnya  dulu  juga  badanku  seperti  badan  Tuanku  sangat  besar,  tapi  aku  bisa  mengecilkannya,  kalau  Tuanku  mau  aku  bisa  membantumu”
“ Iya  Tupai  aku  mau  sekali  mengecilkan  badanku  ini,  tolonglah  aku “  pinta  Raksasa
“ Begini  tuanku, siapkan  saja  sepotong  kayu  setinggi  badan  tuanku  dan  seutas  rotan”
“ Untuk  apa  kayu  dan rtotan  itu  Tupai? “  tanya  Raksasa
“  Rotan  digunakan  untuk  mengikat  badan  tuanku  pada  sepotong  kayu  itu  kemudian  ditancapkan  pada  dasar  laut  dikala  laut  sedang  surut”
“ Ah,  aku  tak  mau  kalau  begitu  caranya “  bantah  Raksasa
“ Kalau  Tuanku  keberatan  tidak  apa-apalah, dulu  aku  juga  dibuat  seperti  itu  olah  sahabatku  dan  akhirnya  badanku  bisa  kecil  begini” kata  Tupai
Sang  Raksasa  berpikir  sejenak “  kalau badanku  masih besar  seperti  ini  aku  tak bisa  menari  dan  melompat-lompat  seperti  Tupai,  begitu  pula  kalau  aku  mencari  makan  sangat  susah  karena  aku  harus  berjalan  jauh  untuk  mencari  makan  yang  sangat  banyak  agar  aku  bisa  kenyang,  tapi  kalau badanku  kecil  seperti  Tupai  aku  pasti  bisa  menari  dan  melompat-lompat  dan  mencari  makanpun  tidak  susah”
“ Bagaimana  tuanku ? “  Tupai  membuyarkan  lamunan  Raksasa
“  Iya,  Tupai  aku ingin  sekali  seperti  badanmu” jawab  Raksasa
“  Kalau  begitu  Tuanku  harus  menyiapkan  peralatan  yang  aky  katakan  tadi  yaitu  Sepotong  kayu  setinggi  badan  Tuanku  dan  seutas  Rotan.
“  Tapi  dimana  aku  harus  mencarinya? “  tanya  raksasa
“  Kembalilah  ke  hutan  disana Tuanku  pasti  mendapatkannya” jawab  Tupai
Karena  sang  Raksasa  ingin  sekali  seperti  Tupai,  maka  pergilah  ia  ke  hutan mencari  kayu  dan  rotan. Dan  Tak  berapa  lama  sang  raksasa  kembali  lengkap  dengan  peralatan yang  diperintah  tupai untuk  disiapkan.   Setelah  semuanya  siap,  berangkatlah  ia  dan  Tupai  menuju  laut  yang  kebetulan  waktu  itu   sedang  surut.
            Sesampainya  di laut  Tupai  mulai  beraksi  menjalankan  tipu  dayanya,  ia  mengikat badan  Raksasa dengan  rotan  pada  sepotong  kayu  kemudian  kayu  tersebut  ia  tancapkan  didasar  laut.  Lalu  Tupai  pergi  ke pantai  karena  ia  tahu  sesaat  lagi  air  laut  akan  pasang.
“ Hai  Tupai  berapa  lama  aku  disini ? “  tanya  Raksasa
“  Sebentar  lagi  Tuanku “  jawab  Tupai
“ Tapi ini  air  laut  akan  pasang, lalu  aku  bagaimana? “  Raksasa  bertanya  lagi
“ Justru  disaat  air  laut  pasang  itulah  badanmu  mulai  mengecil” Jawab  Tupai  berbohong.
“  Aduh  Tupai  aku  sudah  tak  sanggup,  lepaskanlah  aku”  pinta  Raksasa
“ Sabarlah  sedikit  tuanku,  sebentar  lagi  badanmu  perlahan-lahan  akan  mengecil “
“ Tapi  badanku  sakit  semua, aku  tak  mampu  lagi, tolong  lepaskan  aku “
“ Sakitnya  itu  Cuma  sesaat,  bersabarlah “
Tak  berapa  lama  kemudian  air  laut  mulai  pasang,  menyebabkan  Alaimbelong  mulai  terendam  air  laut.
“ Toloong....... tolong  aku  Tupai,  aku  akan  tenggelam “  teriak  raksasa
“ Rasakan  pembalasanku  Raksasa  rakus  dan  bodoh,  sebentar  lagi  kamu  akan  tenggelam  dan  mati”  jawab  Tupai
“ Kamu  penipu  Tupai, aku  pasti  membalasmu  jika  aku  selamat” teriak  raksasa
“ Ha ha ha ha....... itu  tidak  mungkin  karena  tak  ada  yang  akan  menolongmu” balas  Tupai
“ Aku  pasti  berhasil  melepaskan  ikatan  ini, aduuh  toloong ....  toloong  “
“ Percuma  kamu  teriak  minta  tolong,  tak  ada  yang  bakal  mendengarmu, yang  ada  cuma  buaya  yang  datang  memangsamu,  ha ha ha ha “
“ Bangsat  kau  Tupai,  toloong... toloong .... toloong ”  Suara  Raksasa  semakin  kecil  dan  hampir  tak  kedengaran.
Lama  kelamaan  air  laut  sudah  menenggelamkan  Raksasa  dan  akhirnya  ia  tewas. Tupaipun  kembali  ketempat  pembakaran  ikan  untuk  melanjutkan  tugasnya.
            Sore  hari  saat  ketiga  sahabat  telah  pulang,  mereka  temukan  ikan-ikan  masih  banyak tak ada  yang  berkurang,  sementara  Tupai  sedang  santai-santai  sambil  bersenandung. Mereka  semua  kaget  menyaksikan  ini.
“ Apakah  hari  ini  Raksasa  Alaimbelong  tidak  datang kesini?”  tanya  kerbau
“ Ada, dia  kesini  tadi”  jawab  Tupai
“ Lalu  kenapa  ikan-ikan  ini  tak  berkurang ?  dan  kamu  baik-baik  saja?  Tanya  Rusa
“ Tupai dilawan,  he... he... he.... ”  kata  Tupai  setengah  bercanda
Ketiga  sahabat  itu  sangat  penasaran,  sebenarnya  apa  yang  terjadi  sehingga  semuanya  baik-baik  saja
“ Ayo  Tupai  ceritakan  apa yang  terjadi  dengan  Raksasa” Pinta  Kambing
Sang Tupaipun  kemudian   menceritakan  kejadian  yang  menyebabkan  Raksasa  Alaimbelong  mengakhiri  riwayatnya. Diakhir  ceritanya   Tupai  memberi  nasihat  pada  sahabat-sahabatnya  itu.
“Tak  semua  kekerasan  itu,  kita  kalahkan  dengan  kekerasan  pula,  tapi cobalah  hadapi  dengan  lemah  lembut  seperti  apa  yang  telah aku lakukan  tadi”  kata  Tupai  mengakhiri  ceritanya..
“Iya ya,  untuk  bisa  mengalahkan  kekuatan yang besar kita  harus menggunakan pikiran, karena    kalau  kita  menggunakan  kekuatan  kita  jelas  kita  tidak  mampu”  sambung  Rusa
“Betul  juga, tipu  daya  harus  kita  gunakan  disini  untuk  melumpuhkan    musuh-musuh  kita  yang  kekuatannya  lebih  besar”  kata  Kerbau
“Ini pengalaman kita  yang  sangat  berharga, jangan  pernah  meremehkan  kekuatan  yang  kecil,  karena  buktinya  kekuatan  kecillah  yang  bisa  melumpuhkan  kekuatan  yang  besar”  sambung  Kambing.
“Sudah... sudah  jangan  berlebihan  memuji aku,  sekarang  kita  selesaikan  membakar  ikan-ikan  ini,   karena ini  hari  terakhir  kita  disini  besok  kita  akan kembali  ke  Hutan  “  Tupai menyela.


            Keesokkan  harinya  mereka  berempat  berkemas-kemas, ikan-ikan  yang  telah dibakar  mereka  simpan  dalam  anyaman-anyaman  yang  telah  mereka  persiapkan  sebelumnya. Setelah  semuanya  siap  mereka  kembali  ke  hutan  dengan  hasil yang  memuaskan.
            Demikianlah  Cerita  Rakyat  dari  Suku  Saluan,  salah  satu  Suku  yang  berada  di  Kabupaten  Banggai  Provinsi  Sulawesi  Tengah, yang  memiliki  Cerita  Rakyat  yang  sangat  banyak  dan  syarat  dengan  pesan  moral.

Pesan  Moral  dalam  cerita  ini  :
Janganlah  menganggap  rendah  yang  kecil
Karena  yang  kecil  bisa  mengalahkan  yang  besar
Seperti  Tokoh  si  Raksasa Alaimbelong  yang  dikalahkan  si Tupai

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar