TEWASNYA RAKSASA
ALAIMBELONG
Dahulu kala di
hutan belantara hiduplah beberapa
ekor binatang yang
saling bersahabat. Mereka
adalah Kambing (Me’), Kerbau
(Kahambau’) Rusa (Jonga) dan
Tupai (Bonsing). Dalam melaksanakan pekerjaan setiap hari mereka selalu
bergotong royong.
Suatu hari
sambil duduk – duduk dibawah pohon yang rindang di tengah hutan mereka
berempat hanyut dalam khayalan masing- masing, entah apa yang ada dalam pikiran
mereka, tiba-tiba “ Hai sobat dari pada kita bengong seperti ini lebih baik
mari kita pergi ke pantai membuat Kalase (suatu alat penangkap ikan dengan cara
dipagar) “ kata kambing membuyarkan lamunan.
“ Ide
yang bagus, aku setuju” jawab
Rusa
“ Iya aku juga setuju, bagaimana dengan
kamu Kerbau “ sambung Tupai
“ Kalau aku terserah kalian sajalah”
sela Kerbau.
“ Oke, kalau begitu mulai
besok kita akan
mengumpulkan kayu bersama-sama untuk membuat
Kalase.
Keesokkan harinya
pergilah mereka berempat
mencari kayu, setelah kayu
terkumpul banyak mereka
pergi ke laut untuk
membuat kalase., kebetulan
saat itu air
laut sedang surut. Hal
ini memudahkan mereka
dalam bekerja. Menjelang
sore hari pagar-pagar
kalase telah berdiri
kokoh dan sebentar
lagi ikan-ikan mulai
masuk dan terperangkap
kedalam kalase tersebut.
Beberapa hari
kemudian ikan-ikan sudah
terperangkap didalam Kalase, ikan-ikan
tersebut dikumpulkan lalu dibawa ke pesisir
pantai tak jauh
dari tempat kalase.
Syahdan
di tempat itu terdapat
seorang raksasa yang
sangat rakus namanya
Alaimbelong.
“Ikan
yang kita dapat ini
amat banyak tidak
mungkin kita bisa
habiskan dalam sehari,
oleh karena itu
kita harus ke hutan
untuk mencari kayu bakar agar
ikan ini kita bakar “
kata Tupai
“Tapi
tidak mungkin ikan
ini kita tinggalkan
karena Raksasa Alaimbelong
akan memakannya sampai
habis” jawab Kerbau.
“
Begini saja, yang mencari
kayu bakar bertiga saja,
sedang yang satunya bertugas menunggui
ikan-ikan di sini “
usul Rusa
“
Usul yang bagus, aku
setuju” sahut Kambing
Ketiga
sahabat itu sepakat
dengan usul Rusa,
kemudian mereka berempat
berembuk untuk menentukan
siapa yang akan
tinggal menunggui ikan
dan akhirnya diputuskan
Kambinglah yang pertama betugas.
“
Coba Kambing perlihatkan keberanianmu
agar bisa mengalahkan
Raksasa Alaimbelong” kata Tupai
Dengan
sangat cekatan Kambing
memamerkan kekuatannya, sampai-sampai
pepohonan yang ada
didekatnya tumbang.
Keesokan harinya
ketiga Sahabat itu pergi
ke hutan untuk
mencari kayu bakar,
sedang si Kambing mulai
bertugas menunggui ikan. Kebetulan
dipesisir pantai itu
ada sisa-sisa kayu
yang bisa dijadikan
kayu bakar, maka Kambing
mulai membakar ikan
tersebut sedikit demi
sedikit.
Aroma
ikan bakar yang sangat
enak terbawa oleh hembusan
angin pantai ke
arah hutan dimana
Sang Raksasa Alaimbelong
tinggal.
Raksasa
Alaimbelong yang sedang
tertidur pulas akhirnya
terbangun mencium aroma
ikan bakar.
“Hmmm
aroma apa ini ?
rasanya enak sekali,
aku ingin mencari
dari mana asalnya “
gumam Alaimbelong sambil
menggeliat.
Bergegaslah Si
Raksasa rakus itu
bangun dari tidurnya
kemudian mencari-cari dari
mana arah bau
sedap yang telah
membuat ia terbangun
dari tidurnya. Perjalanan Alaimbelong
diiringi hujan panas dan pohon-pohon
disepanjang jalan yang
ia lalui semua
tumbang, ini disebabkan
karena badan Alaimbelong
yang sangat besar. Dengan
langkah-langkah pasti ia
mencari asal bau
sedap tersebut sampai akhirnya
ia menemukannya yaitu
dari tepi pantai.
Betapa terkejutnya
si Kambing melihat
Raksasa Alaimbelong datang,
tapi Kambing tak
kehilangan akal dengan
segera diserangnya Raksasa
tersebut. Namun apa
yang terjadi sang
Raksasa hanya tertawa terbahak – bahak dan
dengan santainya ia ambil
tanduk si Kambing
kemudian ia tancapkan
diakar pohon. Saat
Kambing tak berdaya,
Raksasa Alaimbelong mulai
menikmati ikan yang
sedang dibakar sampai dia
kekenyangan dan akhirnya
ia pulang kembali
ke Hutan.
Sore hari,
ketiga sahabat telah pulang
dari hutan dan
membawa kayu bakat
yang cukup banyak,
tapi alangkah terkejutnya
mereka karena sebagian
ikan sudah tidak
ada sementara si
Kambing tidak berada
ditempat itu. Kemudian
mereka mencari Kambing
sampai akhinya mereka
menemukannya. Kambing sedang
tak berdaya karena
tanduknya tertancap
diakar pohon yang
letaknya tak jauh
dari tempat pembakaran
ikan. Dengan dibantu ketiga
sahabatnya tanduk Kambing
terlepas dari akar
pohon, kemudian ia
menceritakan kejadian yang
ia alami yaitu
kedatangan Alaimbelong.
“ Sewaktu aku
membakar ikan-ikan ini,
tiba-tiba hujan panas
turun, lalu aku dengar
bunyi braak... braak ... braak,
ternyata itu adalah suara dari pohon-pohon
yang tumbang disepanjang
jalan yang dilalui
raksasa Alaimbelong. Badannya
sangat besar dan
tinggi matanya merah
warna kulitnya hitam
dan wajahnya sangat
seram” Kambing memulai
ceritanya.
Kemudian
ia melanjutkan “ Setelah
Raksasa Alaimbelong mendekat
aku mulai menyerangnya tapi semua
seranganku sia-sia karena
badannya yang sangat
besar malah aku
yang terpental berkali-kali
dan aku kehabisan
tenaga, saat aku
sudah tak berdaya
dia ambil tandukku
kemudian dia tancapkan
diakar pohon itu, besok aku
tidak mau lagi
tinggal disini untuk
menjaga ikan “
“ Kalau
begitu, besok giliran
kamu Rusa yang
menjaga dan membakar
ikan-ikan ini” Perintah Kerbau
“ Baiklah, aku akan
melawan Alaimbelong dengan
tandukku yang panjang
ini“ jawab kerbau
penuh semangat
“
Sekarang perlihatkan pada
kami kejantananmu hai
Rusa “ kata mereka
Mulailah
Rusa memperlihatkan keberaniannya
dan keahliannya dalam
melumpuhkan musuh-musuhnya dengan
menggunakan tanduknya yang
panjang.
“ Oke,
cukup Rusa, kami
yakin besok pasti
Alaimbelong akan menyerah,
sekarang mari kita
ke laut dulu
melihat kalau ada
ikan yang terperangkap
dalam Kalase”
Mereka berempat
menuju Kalase untuk
mengambil ikan-ikan yang
telah terperangkap. Kemudian
mereka kembali ke
tempat pembakaran ikan
di pesisir pantai.
Hari mulai gelap
pertanda malam akan
tiba, keempat sahabat
itu makan sisa-sisa
ikan bakar sebagai
santap malam, karena
kelelahan akhirnya mereka
tertidur dengan pulas.
Pancaran sinar
matahari pagi membangunkan
mereka berempat, setelah
sarapan pagi, ketiga
sahabat itu yakni Kerbau,
Kambing dan Tupai
berangkat lagi ke
hutan mencari kayu
bakar sedangkan si
Rusa bertugas membakar
ikan- ikan hasil tangkapan.
Saat Rusa
sedang menunggui ikan-ikan
yang sedang dibakar,
tiba-tiba hujan panas turun
kemudian terdengar bunyi “ braak.. braak... braak “, rusa
teringat cerita si
Kambing, itu pertanda
Raksasa Alaimbelong sedang dalam
perjalanan kemari. Dugaan
Rusa benar, Raksasa
itu datang lagi,
tanpa memberikan kesempatan
pada Alaimbelong, Rusa mulai
menyerang dengan menggunakan
tanduknya. Namun seperti halnya yang
terjadi pada Kambing
begitu pula yang
dialami Rusa.
Hari berikutnya
giliran Kerbau yang
menunggui ikan-ikan yang
dibakar. Mereka yakin kali
ini Alaimbelong pasti
bisa dikalahkan mengingat
badan kerbau yang
sangat besar dan
mempunyai tanduk yang
panjang pula.
“Sekarang perlihatkan
pada kami keberanianmu,
agar besok bisa
mengalahkan Alaimbelong” kata
Rusa
“Baiklah, aku akan kerahkan semua kekuatanku,
aku yakin kali ini
Alaimbelong pasti menyerah”
jawab Kerbau penuh
semangat.
Mulailah
Kerbau memamerkan semua kekuatan
dalam mengahadapi Alaimbelong
nanti.
“ Cukup
Kerbau, kami yakin
kamu pasti berhasil
mengalahkan Alaimbelong” kata
Tupai menghentikan antraksi
Kerbau.
Hari
telah pagi, ketiga
sahabat itupun berangkat
ke hutan mencari
kayu bakar, sedang
kerbau tetap berada
ditempat menjalankan tugasnya.
Sambil bersenandung kecil
Kerbau mulai menata ikan-ikan diatas
perapian, aroma ikan
bakar mulai tercium
hingga kedalam hutan
tempat Raksasa Alaimbelong.
Sang raksasa memang
mempunyai penciuman yang
sangat tajam. “Hmmmm......
aroma ikan bakar
ini membuat aku
menjadi lapar” gumam
raksasa“ Kemudian bergegaslah ia
menuju tempat pembakaran
ikan yang selama
ini dia kunjungi.
Makin dekat aroma
ikan makin menyengat
dan rasa laparpun
sudah tak tertahankan. Sang
Raksasa mempercepat langkahnya.
Sementara itu ditempat
pembakaran ikan sang
Kerbau mendengar bunyi
braak .... braak... braak....disertai
hujan panas, Kerbau
berpikir pasti Alaimbelong
sedang kemari karena
menurut cerita kedua sahabatnya Kambing
dan Kerbau bahwa
jika hujan panas
mulai turun dan
terdengar suara braak... braak .... braak,,,, ini merupakan tanda
bahwa Raksasa Alimbelong sedang
dalam perjalanan. Dugaan Kerbau
benar, semakin lami
suara langkah-langkah kami
Alaimbelong semakin dekat.
Kali ini
Kerbau sedikit bersiasat,
ia bersembunyi dalam semak-semak
dengan tujuan jika
Raksasa datang ia
akan menyerangnya dari belakang
secara tiba-tiba. Benar
saja Alaimbelong datang
dan tak menemui
siapa-siapa ditempat itu.
Saat Raksasa mulai
mencicipi ikan bakar
tiba-tiba ada serangan
mendadak dari arah
belakang. Sedikit kaget
juga dengan serangan
ini, tapi dengan
santainya sang Raksasa
membalikkan badannya dan
kemudian dipegangnya tanduk
kerbau tersebut lalu
ditancapkan pada akar
pohon, Kerbaupun sudah
tak berdaya. Seperti yang
dialami Kambing dan
Rusa begitu pula yang
dirasakan Kerbau saat
ini.
Sore hari
ketiga sahabatpun pulang
dengan kayu bakar, mereka
menyaksikan keadaan yang
sama seperti yang
dialami mereka sebelumnya.
“ Rusa coba kamu
cari Kerbau pasti
dia ada di
akar Pohon sana “
perintah Kambing sambil
menunjuk salah satu
pohin besar yang
tak jauh dari
tempat itu.
“
Baiklah sobat” jawab
Kambing sambil berlalu
Setibanya ditempat
itu Kerbaupun menceritakan
pengalamannya menghadapi kekuatan
Raksasa Alaimbelong.
“ Maaf
sobat-sobat, badanku yang
besar ini tak
bisa mengalahkan kekuatan
Alaimbelong, badannya yang
besar dan kuat
hanya membuat seranganku
tak punya arti
apa-apa, malah aku
yang terpental berkali-kali”
“Selanjutnya apa
yang harus kita
lakukan ?” tanya Tupai
“ Kami
bertiga sudah dikalahkan
Alaimbelong, sekarang giliran
kamu Tupai yang
menunggui ikan-ikan bakar
ini, kalau sampai
hari ini si Raksasa itu
datang lagi dan
memakan ikan-ikan bakar
ini berarti persediaan ikan kita telah
habis, apalagi ikan-ikan
yang masuk ke
Kalase hampir tidak ada
lagi” Kata kerbau
“ Oke,
siapa takut !, biar
kecil-kecil begini aku
pasti mengalahkan Alaimbelong
yang rakus itu”
jawab Tupai
“ Jangan
terlalu optimis, kita
saja yang besar – besar
begini tidak mampu
menghadapinya, apalagi kamu
yang kecil begitu “
Sela Kerbau
“ Tak
perlu khawatir, aku
pasti mengalahkannya dengan
cara lain, kita
lihat saja nanti “ janji
Tupai
Sekarang giliran
Tupai yang melaksanakan
tugasnya, ia mulai membakar
ikan sambil bersenandung
kecil. Tak berapa
lama hujan panaspun
mulai turun dan
terdengar suara pohon-pohon
yang tumbang “ braak... braak...
braak “ dalam hatinya
berkata “ pasti Raksasa
Alaimbelong sedang dalam perjalanan menuju
ke sini, aku harus cari akal “
Melihat Tupai
yang menunggui ikan,
sang Raksasa tertawa
terbahak-bahak “ ha .... ha.... ha .... ha..... hei si
kecil mungil apa
yang sedang kau
lakukan disitu ha ?
apa kau sedang
menyiapkan ikan-ikan itu
sebagai santapanku ?
“
Mari Tuanku Alaimbelong, silahkan duduk ! “
Tupai menyambut dengan
ramah
“ Tidak
perlu banyak basa-basi,
teman-temanmu saja yang besar
bisa aku kalahkan,
apalagi kamu yang kecil mungil
begitu” balas sang
Raksasa.
“ Masalah ikan, aku
tak keberatan kamu makan
Tuanku, sekalipun kau
akan habiskan semuanya”
jawab Tupai
“ Ha ?
benarkah itu hai
Tupai ? “ tanya Raksasa
“
Iya benar Tuanku,
aku hanya ingin hari
ini kita berdua
bahagia menikmati indahnya
hidup ini, makanya
aku akan menyanyi
sambil menari untuk
menghiburmu ” lanjut Tupai.
“
Baiklah kalu begitu”
jawab Raksasa
Kemudian
Raksasa Alaimbelong duduk melantai
diatas tanah, sementara
Tupai bernyanyi sambil menari
dan melompat-lompat di
depan Alaimbelong. Melihat gerakan
Tupai dan mendengar
senandungnya yang merdu.
Alaimbelong sangat kagum
dan terlena sampai akhirnya
dia lupa dengan
ikan bakar.
“ Aku
senang melihat kau
menari dan mendengarkan
senandungmu yang merdu,
bisakah kau mengajariku “
tanya Raksasa
“ Boleh,.... boleh.... Tuanku, tapi tuanku
harus kecilkan dulu
badan yang besar
itu, kalau tidak
gerakannya tak selincah
aku “ jawab Tupai.
“ Tapi
bagaimana cara mengecilkannya ? tanya
Raksasa.
“ Gampang Tuanku,
sebenarnya dulu juga
badanku seperti badan
Tuanku sangat besar,
tapi aku bisa
mengecilkannya, kalau Tuanku
mau aku bisa
membantumu”
“ Iya
Tupai aku mau
sekali mengecilkan badanku
ini, tolonglah aku “
pinta Raksasa
“ Begini
tuanku, siapkan saja sepotong
kayu setinggi badan
tuanku dan seutas
rotan”
“ Untuk
apa kayu dan rtotan
itu Tupai? “ tanya
Raksasa
“
Rotan digunakan untuk
mengikat badan tuanku
pada sepotong kayu
itu kemudian ditancapkan
pada dasar laut
dikala laut sedang
surut”
“ Ah,
aku tak mau
kalau begitu caranya “
bantah Raksasa
“ Kalau
Tuanku keberatan tidak
apa-apalah, dulu aku juga
dibuat seperti itu
olah sahabatku dan
akhirnya badanku bisa
kecil begini” kata Tupai
Sang
Raksasa berpikir sejenak “
kalau badanku masih besar seperti
ini aku tak bisa
menari dan melompat-lompat seperti
Tupai, begitu pula
kalau aku mencari
makan sangat susah
karena aku harus
berjalan jauh untuk
mencari makan yang
sangat banyak agar
aku bisa kenyang,
tapi kalau badanku kecil
seperti Tupai aku
pasti bisa menari
dan melompat-lompat dan
mencari makanpun tidak
susah”
“ Bagaimana tuanku ? “
Tupai membuyarkan lamunan
Raksasa
“
Iya, Tupai aku ingin
sekali seperti badanmu” jawab Raksasa
“
Kalau begitu Tuanku
harus menyiapkan peralatan
yang aky katakan
tadi yaitu Sepotong
kayu setinggi badan
Tuanku dan seutas
Rotan.
“
Tapi dimana aku
harus mencarinya? “ tanya
raksasa
“
Kembalilah ke hutan
disana Tuanku pasti mendapatkannya” jawab Tupai
Karena
sang Raksasa ingin
sekali seperti Tupai,
maka pergilah ia ke hutan mencari
kayu dan rotan. Dan
Tak berapa lama
sang raksasa kembali
lengkap dengan peralatan yang diperintah
tupai untuk disiapkan. Setelah
semuanya siap, berangkatlah
ia dan Tupai
menuju laut yang
kebetulan waktu itu
sedang surut.
Sesampainya di laut
Tupai mulai beraksi
menjalankan tipu dayanya,
ia mengikat badan Raksasa dengan rotan
pada sepotong kayu
kemudian kayu tersebut
ia tancapkan didasar
laut. Lalu Tupai
pergi ke pantai karena
ia tahu sesaat
lagi air laut
akan pasang.
“ Hai
Tupai berapa lama
aku disini ? “ tanya
Raksasa
“
Sebentar lagi Tuanku “
jawab Tupai
“ Tapi ini air
laut akan pasang, lalu
aku bagaimana? “ Raksasa
bertanya lagi
“ Justru
disaat air laut
pasang itulah badanmu
mulai mengecil” Jawab Tupai
berbohong.
“
Aduh Tupai aku
sudah tak sanggup,
lepaskanlah aku” pinta
Raksasa
“ Sabarlah sedikit
tuanku, sebentar lagi
badanmu perlahan-lahan akan
mengecil “
“ Tapi
badanku sakit semua, aku
tak mampu lagi, tolong
lepaskan aku “
“ Sakitnya itu
Cuma sesaat, bersabarlah “
Tak
berapa lama kemudian
air laut mulai
pasang, menyebabkan Alaimbelong
mulai terendam air
laut.
“ Toloong....... tolong aku
Tupai, aku akan
tenggelam “ teriak raksasa
“ Rasakan pembalasanku
Raksasa rakus dan
bodoh, sebentar lagi
kamu akan tenggelam
dan mati” jawab
Tupai
“ Kamu penipu
Tupai, aku pasti membalasmu
jika aku selamat” teriak raksasa
“ Ha ha ha ha....... itu tidak
mungkin karena tak
ada yang akan
menolongmu” balas Tupai
“ Aku
pasti berhasil melepaskan
ikatan ini, aduuh toloong ....
toloong “
“ Percuma kamu
teriak minta tolong,
tak ada yang
bakal mendengarmu, yang ada cuma buaya
yang datang memangsamu,
ha ha ha ha “
“ Bangsat kau
Tupai, toloong... toloong ....
toloong ” Suara Raksasa
semakin kecil dan
hampir tak kedengaran.
Lama
kelamaan air laut
sudah menenggelamkan Raksasa
dan akhirnya ia
tewas. Tupaipun kembali ketempat
pembakaran ikan untuk
melanjutkan tugasnya.
Sore hari
saat ketiga sahabat
telah pulang, mereka
temukan ikan-ikan masih
banyak tak ada yang berkurang,
sementara Tupai sedang
santai-santai sambil bersenandung. Mereka semua
kaget menyaksikan ini.
“ Apakah
hari ini Raksasa
Alaimbelong tidak datang kesini?” tanya
kerbau
“ Ada, dia kesini
tadi” jawab Tupai
“ Lalu
kenapa ikan-ikan ini
tak berkurang ? dan
kamu baik-baik saja?
Tanya Rusa
“ Tupai dilawan, he... he... he.... ” kata
Tupai setengah bercanda
Ketiga
sahabat itu sangat
penasaran, sebenarnya apa
yang terjadi sehingga
semuanya baik-baik saja
“ Ayo
Tupai ceritakan apa yang
terjadi dengan Raksasa” Pinta Kambing
Sang Tupaipun kemudian menceritakan
kejadian yang menyebabkan
Raksasa Alaimbelong mengakhiri
riwayatnya. Diakhir ceritanya Tupai memberi nasihat
pada sahabat-sahabatnya itu.
“Tak
semua kekerasan itu,
kita kalahkan dengan
kekerasan pula, tapi cobalah
hadapi dengan lemah
lembut seperti apa
yang telah aku lakukan tadi” kata Tupai
mengakhiri ceritanya..
“Iya ya,
untuk bisa mengalahkan
kekuatan yang besar kita harus
menggunakan pikiran, karena kalau kita
menggunakan kekuatan kita
jelas kita tidak
mampu” sambung Rusa
“Betul
juga, tipu daya harus
kita gunakan disini
untuk melumpuhkan musuh-musuh
kita yang kekuatannya
lebih besar” kata
Kerbau
“Ini pengalaman kita yang
sangat berharga, jangan pernah
meremehkan kekuatan yang
kecil, karena buktinya
kekuatan kecillah yang
bisa melumpuhkan kekuatan
yang besar” sambung
Kambing.
“Sudah... sudah jangan
berlebihan memuji aku, sekarang
kita selesaikan membakar
ikan-ikan ini, karena
ini hari
terakhir kita disini besok
kita akan kembali ke
Hutan “ Tupai menyela.
Keesokkan harinya
mereka berempat berkemas-kemas, ikan-ikan yang
telah dibakar mereka simpan
dalam anyaman-anyaman yang
telah mereka persiapkan
sebelumnya. Setelah semuanya siap
mereka kembali ke
hutan dengan hasil yang
memuaskan.
Demikianlah Cerita
Rakyat dari Suku
Saluan, salah satu
Suku yang berada
di Kabupaten Banggai
Provinsi Sulawesi Tengah, yang
memiliki Cerita Rakyat
yang sangat banyak
dan syarat dengan
pesan moral.
Pesan Moral
dalam cerita ini :
Janganlah menganggap
rendah yang kecil
Karena yang
kecil bisa mengalahkan
yang besar
Seperti Tokoh
si Raksasa Alaimbelong yang
dikalahkan si Tupai